Tingkat Praveleansi Kecacingan pada Siswa Sekolah Dasar di Beberapa Daerah Indonesia
Abstract
Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) telah menjadi masalah umum kesehatan masyarakat Indonesia. Kemunculan infeksi kecacingan berawal dari pola hidup yang tidak bersih. Edukasi pola hidup bersih telah banyak dilakukan untuk mencegah penyakit kecacingan, namun efektivitas edukasi perlu dipelajari lebih lanjut dengan menelaah metode pada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat praveleansi kecacingan di beberapa daerah dan mengetahui efektivitas edukasi kecacingan. Penelitian menggunakan metode literature review untuk menganalisis dan menginterpretasikan hasil penelitian-penelitian kejadian kecacingan sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan 255 positif kecacingan dari 859 sampel dengan tingkat praveleansi total sebesar 29,7%. Kasus tertinggi terdapat pada SDN I Manurung, Kalimantan Selatan dengan tingkat praveleansi sebesar 68,4%. Hasil analisis dari literatur review menunjukkan faktor pola hidup bersih dan sanitasi lingkungan berperan dalam penularan kecacingan. Infeksi ganda oleh dua jenis cacing pada sampel tinja menunjukkan kebersihan diri dan lingkungan yang kurang terjaga. Metode edukasi dan pelayanan informasi terhadap infeksi dan penularan kecacacingan perlu ditingkatkan secara konsisten di daerah tergolong praveleansi tinggi. Bantuan dan dukungan pemerintah setempat akan mendorong keberhasilan penurunan praveleansi kecacingan.
References
Chadijah S, Sumolang PPF, Veridiana NN. 2014. Hubungan pengetahuan, perilaku, dan sanitasi lingkungan dengan angka kecacingan pada anak sekolah dasar di Kota Palu. Media Litbangkes. 24 (1): 50-56.
Hairani B, Juhairiyah. 2015. Infeksi cacing usus pada anak sekolah SDN I Manurung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan tahun 2014. SPIRAKEL. 7(1): 38-44.
Isma SL, Sudaryanto, Helleyantoro R. 2018. Evaluasi program pemberantasan kecacingan pada siswa sekolah dasar di Puskesmas Rowosari Kecamatan Tembalang Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 7(2): 551-561.
Juhairiyah, Annida. 2014. Kebijakan pengendalian kecacingan dan pengetahuan masyarakat terhadap kecacingan di Kabupaten Banjar Propinsi Kalimantan Selatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 17(2): 185–192.
Kementerian Kesehatan. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan.
Krishnandita M, Swastika IK, Sudarmaja IM. 2019. Prevalensi dan tingkat pengetahuan mengenai infeksi Soil Transmitted Helminth pada siswa SDN 4 Sulangai, Kabupaten Badung, Bali. Jurnal Medika Udayana, 8(6): 1-10.
Mahmudah U. 2017. Hubungan sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar. Jurnal Kesehatan. 10(1): 32-39.
Rosyidah HN, Prasetyo H. 2018. Prevalence of intestinal helminthiasis in children at North Keputran Surabaya at 2017. Journal of Vocational Health Studies. 1: 117–120.
Sari PS, Triani E, Suryani D, Lestari RV. 2019. Pemeriksaan status gizi dan kecacingan di Wilayah SDN 2 Malaka Lombok Utara. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA. (2)2: 153-157.
Syahrir, Aswadi. 2016. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada siswa SDN Inpres No. 1 Wora Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Higiene. 2(1): 42-48.
Triani E, Ajmala IE, Primayanti 1, Kusuma DR, Suwitasari P. 2020. Budaya mulut dan tangan sehat pada anak usia sekolah dasar di Desa Mamben Daya Kecamatan Wanasaba Kecamatan Lombok Timur. Jurnal PEPADU. 1(3): 345-348.
Winita R, Mulyati, Astuty H. 2012. Upaya pemberantasan kecacingan di sekolah dasar. Makara Kesehatan. 16(2): 65-71.



