Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Pemberian Gizi dengan Status Gizi Balita Stunting
Abstract
Stunting disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor utamanya adalah asupan makanan, dan faktor lainnya diantaranya kemiskinan, kemungkinan kontaminasi makanan, kepadatan penduduk, serta penyakit infeksi yang berdampak pada kondisi kesehatan balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan orang tua tentang pemberian gizi dengan status gizi balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Patebon II Kabupaten Kendal. Desain penelitian ini adalah studi deskriptif korelasi jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 175 responden dengan teknik pengambilan sampel proporsionate random sampling. Alat ukur berupa kuesioner pemberian gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia balita stunting rata-rata 30,18 bulan, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 95 balita, dan Panjang badan balita rata-rata 79,67. Berdasarkan usia orang tua rata-rata 30,73, Sebagian besar tingkat pendidikan orang tua SMP sebanyak 72 responden dan sebagian besar pekerjaan orang tua tidak bekerja sebanyak 119 responden. Informasi mengenai pemberian makan bergizi pada balita sebaiknya tidak hanya diberikan kepada ibu saja tetaipi juga diberikan kepada keluarga, sehingga keluarga juga mendapatkan pengetahuan tentang pemberian makanan bergizi untuk balita stunting.
References
Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015).Faktor-faktoryang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan ( The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas ). 3(1).
Astari, Lita Dwi. Nasoetion, Amini.Dwiriani, C. M. (2005). Hubungan Karakteristik Keluarga, Pola Pengasuh dan Kejadian Stunting Anak Usia 6-12 Bulan (pp. 2–7). pp. 2–7.
Astutik , M. Zen Rahfiludin, A. R. (2018). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Balita Usia 24-59 Bulan (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Gabus II Kabupaten Pati Tahun 2017). 6, 409–418.
Cahyono, Manongga, P. (2016). Faktor Penentu Stunting Anak Balita Pada Berbagai Zona Ekosistem Di Kabupaten Kupang. 11(1), 9–18.
Chamilia Desyanti, T. S. N. (2017). Hubungan Riwayat Penyakit Diare dan Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. 243–251.https://doi.org/10.20473/amnt.v1.i3.2017.243-251
Hindrawati Nunik, R. (2018). Gambaran Riwayat Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. 2(1), 1–7.
Hurlock, E. B. (2010). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayati dkk) . Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim, I. A., & Faramita, R. (2015). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Barombong Kota Makassar Tahun 2014. 7, 63–75.
Indra dewi, Suhartatik, S. (2019). Faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita 24-60 bulan di wilayah kerja puskesmas lakudo kabupaten buton tengah. 14.
Lombu, M. E. H. M. (2018). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Gizi Pada Balita Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Sogae Adu Kabupaten Nias. 4(2), 530–535.
Nasikhah, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24 – 36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur. 4–44.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Prakhasita, R. C.(2018).Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tambak Wedi Surabaya.
Simangunsong, N. P., Punuh, M. I., Kapantow, N. H., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S. (2018). Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa. 7, 3–8.
Sandjaja dan Atmarita. (2009). Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Supariasa . I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. (2011). Penilaian Status Gizi. Jakarta; Buku Kedokteran EGC.
Supariasa . I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. (2017). Penilaian Status Gizi. Jakarta; Buku Kedokteran EGC.
Sutomo, Budi.,& Anggraeni, D. Y. (2010). Menu Sehat Alami Untuk Balita. Jakarta: Demedia Pustaka.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek. (Edisi ke-5). Jakarta: EGC.
Gibney M., Barrie M., John M., &Lonerearab. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. . (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Kartasapoetra, G., & H., M. (2008). Ilmu Gizi: korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Kemenkes RI (2008). Situasi dan Analisis Gizi, Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan.(2019). Profil Kesehatan Kabupaten Kendal 2019. Kendal: Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal.
Walker, Joon M., & Smreker, C. (2011). Parenting: Influence of Parent’s Level of Education. Gale Encylopedia of Education.
WHO. (2017). Stunted Growth and Development. Geneva.
